Monday, March 27, 2017

5 Hal Inspiratif dari Film Hidden Figures


Akhir pekan lalu saat suami dinas luar kota, saya menyempatkan diri melakukan "me time" dengan menonton film Hidden Figures di satu-satunya bioskop yang menayangkan film ini, XXI Plaza Senayan, Jakarta.

Saya sih yes menonton film sendirian. Saya memilih kursi paling pojok kanan dari layar, baris ketiga dari kursi teratas. Herannya, setengah kursi bioskop terisi. Ternyata, masih banyak yang penasaran dengan film yang dibintangi Taraji "Cookie" P. Henson.

Saya penasaran dengan film ini karena terpikat trailer-nya. Apalagi setting-nya di NASA, yang agak-agak bikin teringat all time favorite movie, Armageddon. Selain itu, trailer-nya juga menggambarkan betapa powerful ketiga perempuan berkulit hitam ini dalam mendedikasikan dirinya pada NASA.

(Baca: Review The Intern)

Nggak hanya Taraji, masih ada Octavia Spencer dan Janelle Monae sebagai tokoh sentral film yang ber-setting tahun 1960-an ini. Ketika itu, Amerika dipimpin Presiden John F. Kennedy dan masih terjadi rasisme, pemisahan semua fasilitas antara kulit putih dengan kulit hitam (colored people).

Film berdurasi 127 menit ini berhasil membuat emosi saya campur-aduk, antara gemas dengan diskriminasi yang dialami colored people, terpukau dengan sassy-ness Katherine Goble Johnson (Taraji P. Henson), Dorothy Vaughn (Octavia Spencer), dan Mary Jackson (Janelle Monae), kesal dengan sikap inferior rekan kerja Katherine yang mayoritas laki-laki, dan terharu dengan perjuangan mereka untuk survive bekerja di NASA yang saat itu kurang ramah untuk colored people.

Saya mendapatkan pelajaran berharga dari menonton film ini, terutama women empowerment. Saking tergugah dengan film ini, saya mencatat ada lima hal penting nan inspiratif yang bisa dipetik dari film yang diadaptasi dari kisah nyata ini.

Kerja keras
Katherine, Dorothy, dan Mary harus bekerja keras dalam mempertahankan posisi mereka di NASA. Mereka menghadapi masalahnya masing-masing karena ketiganya memiliki keahlian berbeda.

Yang paling menonjol adalah Dorothy yang harus berusaha mati-matian supaya naik pangkat dan pendapatan meskipun dia sudah melakukan pekerjaan melebihi kapasitasnya. But it's totally paid off in the end. Berkat kerja kerasnya, Dorothy akhirnya mendapat posisi baru yang lebih prestisius dan lebih dihormati koleganya.

Mary juga harus bekerja keras supaya lolos program teknisi di NASA. Hanya karena dia perempuan hitam, Mary kesulitan untuk mewujudkan cita-citanya.

Konsistensi
Tidak hanya bekerja keras, konsistensi ketiga perempuan cerdas ini turut berpengaruh pada kesuksesan mereka. Katherine terus berusaha memecahkan perhitungan yang dibutuhkan untuk roket NASA untuk menembus luar angkasa dan membawa kembali astronotnya dengan selamat. Katherine tidak goyah mengerjakan tugasnya meskipun mendapatkan perlakuan diskriminatif dari rekan kerjanya.

Dorothy yang konsisten memimpin dan mengarahkan kelompok komputasi colored women akhirnya meraih apa yang dia impikan. Konsistensi dan kerja keras telah membawa ketiga perempuan ini merealisasikan cita-cita mereka.

Pantang menyerah
Mary sangat ingin menjadi teknisi namun terganjal sejumlah regulasi yang mendiskriminasi dirinya sebagai perempuan kulit hitam. Terganjal birokrasi dan regulasi sana-sini, Mary fought for her dream. Dia pergi ke pengadilan untuk memperjuangkan haknya untuk bisa mendapatkan kuliah tambahan di SMA khusus kulit putih sebagai salah satu syarat menjadi teknisi di NASA.

Dorothy juga tidak putus asa ketika lamarannya untuk menjadi supervisor ditolak oleh HRD judes Mrs Mitchell yang diperankan Kirsten Dunst. Katherine juga tidak mudah down saat laporan yang dibuat atas nama rekan kerja dan dirinya, justru dimanipulasi rekan kerja yang take credit for her hard work. She's just patient and keep working her a$$ off.

Mau belajar hal baru
Kadang kita yang sudah terlalu nyaman dengan suatu kondisi, bisa begitu defensif terhadap hal baru atau perubahan. Hal yang terjadi saat ini, yaitu penolakan aplikasi transportasi online oleh armada angkutan umum atau berplat kuning.

Dari film Hidden Figures ini, posisi Dorothy dan kelompok komputasinya terancam dengan keberadaan komputer elektronik IBM 7090. Teknologi penghitungan pintar dan cepat ini akan menggeser posisinya yang diandalkan untuk perhitungan manual. 

Namun, Dorothy justru belajar menaklukkan mesin IBM 7090 tersebut, berusaha berdamai dengan mesin elektronik yang mengancam pekerjaannya. Dengan penuh ketekunan, Dorothy belajar hal baru dari buku dan mempraktikkan langsung dengan mesin IBM 7090 itu. Hasilnya, Dorothy dipercaya menjadi pengawas departemen programming IB 7090.

Dukungan keluarga
Keluarga yang suportif juga merupakan kunci kesuksesan. Hal ini dibuktikan dengan dukungan ibu, suami, dan anak-anak Katherine, Dorothy, dan Mary. Sebagai perempuan yang bekerja di luar rumah, support system berperan penting dalam menjaga keseimbangan kehidupan berkarier dan rumah tangga.

Untuk keluarga Katherine, ketiga putrinya diasuh oleh ibunya. Anak-anaknya juga mendukung dan memahami pekerjaan sang ibu yang kerap pulang menjelang jam tidur mereka. Suami Mary yang semula menolak keinginan sang istri menjadi teknisi, justru berubah pikiran dan penuh semangat mendorong Mary untuk menyelesaikan pendidikan tambahan sebagai syarat menjadi teknisi.


***

Meskipun berlatar belakang tahun 1960-an, film ini masih relate dengan kondisi saat ini. Masih ada saja yang menghambat perempuan dalam mengembangkan dirinya, misalnya perempuan yang berkarier dan terpaksa meninggalkan anak bersama pengasuh atau orang tua, perempuan yang masih ingin mengenyam pendidikan lebih tinggi namun diminta untuk segera membangun keluarga, dan masih banyak lagi. 

Mengutip lagu Kelly Clarkson, what doesn't kill you makes you stronger. Do not set the limit, push yourself to the highest point.

*Cover image source from here



14 comments:

  1. sepertinya seru mbak, jadi pengen nonton juga. tq infonya mbak.

    ReplyDelete
  2. Kece dan mengandung banyak makna inspiratif.. jadi pengen nonton juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayookkk, worth to watch banget, penuh hal inspiratif :)

      Delete
  3. wah seru mba ini memang filmnya hehehehe aku juga sering nonton di pojokkan, saya sih enjoy tapi yang ngelihat kasihan sama saya hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, toss dulu, mbak Fika. Cuek aja selama kita enjoy yaaa :D

      Delete
  4. Wah seru nih mbak win sepertinya. Paling semangat kalo nonton film yang berlatar belakang teknologi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes, biar sekalian belajar dan menambah wawasan :)

      Delete
  5. aku udh nonton memang keren banget. pas untuk ditonton bareng temen cewek

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, betul banget, mbak. Pas buat ditonton bareng temen-temen cewek supaya saling memotivasi.

      Delete
  6. kayaknya seru filmnya nih winn..ga kebayang jadi seorang wanita kulit hitam di lingkungan kerja yg dominan kulit putih di masa yang masih sangat rasis, pasti penuh tekanan dan perjuangan..fix aku bakal nonton!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, semakin banyak yang nonton, semakin banyak yang terinspirasi dan termotivasi dari film ini.

      Delete

Halo, terima kasih sudah mampir dan membaca. Silakan tinggalkan komentar pada kolom comment di bawah. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus.