Wednesday, January 27, 2016

Belanja Terakhir di Luxola Indonesia


Jumat (22/1), email dari Luxola Indonesia masuk ke inbox Yahoo mail saya. Subject-nya "A message from our CEO". Wah, ada apa nih? Tumben sekali.

Saya baca email tersebut dan isinya informasi bahwa Luxola Indonesia akan berubah nama menjadi Sephora Indonesia per 1 Februari 2016.



Good news or bad news? Well, saya menyayangkan eksistensi brand Luxola Indonesia hanya berumur dua tahun. Kemudian, diakuisisi oleh Sephora.

Dari penelusuran saya di Google, induk Luxola Indonesia yang berpusat di Singapura memang diakuisisi oleh pemilik Sephora. Infonya bisa dibaca di sini.

Dengan akuisisi ini, CEO Luxola Indonesia menjanjikan akan lebih banyak variasi beauty product yang ditawarkan, yang tentunya telah dijual di counter Sephora di Indonesia.

Awalnya saya tidak curiga ketika Luxola Indonesia mulai menjual produk Sephora secara online. Saya senang dong karena nggak perlu datang ke counter langsung. Saya berpikir bahwa Luxola Indonesia adalah distributor eksklusif produk Sephora untuk online market. Ternyata, itu adalah pertanda awal transisi Luxola menjadi Sephora.

Berdasarkan pengamatan saya, Luxola Indonesia adalah salah satu pelopor toko kosmetik online yang digarap dengan sangat baik, pilihan produk, harga yang bersaing, diskon, dan packaging.

Tidak lama setelah Luxola eksis, barulah muncul beauty e-commerce lokal Sociolla. Kemudian, bermunculan Glamizka, Benscrub, dan lain-lain.

Setiap pesanan dikirimkan dengan paper bag berlogo Luxola, berasa belanja di toko kosmetik beneran! Tetapi, dua order terakhir saya dikirim tanpa pakai paper bag melainkan dikemas dalam plastik ziplock transparan. Produknya masih dibungkus rapi dengan bubble wrap.

Karena transisi ini, loyalty points yang dikumpulkan menjadi tidak berlaku per 30 Januari 2016. Points ini di-convert menjadi voucher code yang bisa di-input sebagai diskon.

Dari total 230 poin yang saya miliki, saya mendapatkan voucher diskon senilai Rp172.480. Kesempatan banget buat belanja nih!



Sayangnya, tetap saja harus minimal transaksi Rp200 ribu untuk free ongkir. Kalau tidak mencapai minimal pembelanjaan itu, kena charge ongkir sebesar Rp100 ribu. Ih, gak mau lah ya!

Saya akhirnya belanja produk yang sudah lama diincar cuma belum kunjung dibeli. Saya beli body lotion Redwin varian chocolate & shea butter ukuran tube 75gr, Cottage body wash yang mengandung argan oil, Sephora body scrub aroma green tea, dan Nuxe lip balm. Total belanja setelah diskon sebesar Rp202.500.


Saya berharap versi online Sephora Indonesia sering ngasih diskon atau voucher code, order dikirim dan dikemas dengan paper bag berlogo Sephora, serta banyak variasi produk.



Wednesday, January 6, 2016

Staycation Part 2 The 1O1 Hotel Darmawangsa

Cerita tentang servis hotel ini ada di sini ya.

Saya sempat ke Darmawangsa Square (DS) untuk makan. Akses langsung dari hotel melalui lobby utama ke ground floor DS dan 1O1 Cafe ke lantai 1 DS. Ada Ranch Market di DS sehingga nggak perlu khawatir kekurangan makanan dan minuman.

Saat 1 Januari 2016, DS kosong dan sepi. Banyak tenant yang tutup dan hanya beberapa resto yang buka. Saya kehilangan minat karena sedikitnya opsi untuk makan di sini.

Suami mengajak untuk cari makan di sekitar DS. Kami pun jalan kaki menuju Pappa Jack dan Redbox, yang ternyata tutup. Suami memutuskan untuk pergi ke Blok M Square dengan naik BAJAJ!

Haduh, udah kece menginap di DS, naik bajaj gas buat cari makan di Blok M Square! Bayar bajaj cukup Rp15 ribu saja karena terbilang dekat ke Blok M Square.

Tiba di Blok M Square, ramai ya. Mumpung libur, di dalamnya sesak! Saya baru pertama kali ke sini dan berniat nggak akan ke sini lagi seumur hidup! Food court aja di lantai 5, ujung-ujungnya makan di Es Teler 77 soalnya resto lain penuh!

You know you've changed to high maintenance when you are no longer comfortable visiting trade center ala ITC or Blok M Square ini. Lebih nyaman mengitari mall seperti GI, PP, PS, Sency, Gancit atau PIM! Ke CBD cuma buat ke Carrefour, itu pun jaraanggg!

Selesai makan tanpa ada minat lihat-lihat di Blok M Square, saya baru menyadari ada Food Fighters Melawai begitu keluar dari Blok M Square. Letaknya persis berhadapan dengan square itu. Kalau begitu, mending makan di sini dari tadi!



Food Fighters ini semacam pecahan pedagang Pasar Santa, yang pindah atau ekspansi ke sini. Ada Mie Chino, Zucker Waffle, Kantin SD, Mexicana yang jual taco, dan lain-lain.

Beware, lokasinya nggak pakai AC, hanya kipas angin menempel di langit-langit dan bebas merokok! Untungnya saat kami ke sana, kondisinya tidak crowded. Sayangnya, hanya sedikit tenant yang buka, mungkin karena masih tahun baruan.

Lagi-lagi desain interiornya unik! Ada mural ala-ala pixelate di dinding, agak industrial dengan mendesain tong minyak menjadi meja.

Saya memesan wafel The Grinch dari Zucker Waffle sedangkan suami order chocolate waffle. Total harganya Rp66 ribu including 10% tax.

Rasanya enak banget! Warm crispy waffle dengan paduan es krim choco mint dan vanilla, ditambah topping mini M&M. Enak deh, sampai es krim lumer belepotan di tangan! Yummy! Sure will be any repeated orders in the future!

Saya kembali ke hotel dengan diantar bajaj. Kali ini argonya Rp20 ribu karena jarak tempuh lebih jauh dibandingkan dengan saat berangkat.

Hari kedua di hotel, saya kembali ke DS untuk makan siang. Sudah banyak tenant yang buka, termasuk Sumpit resto. Saya memesan nasi goreng lada hitam, lumpia Sumpit, dan iced lemon tea. Suami memesan nasi kung pao chicken, tahu goreng dengan bumbu spicy, dan iced lemon tea. Biaya yang kami habiskan sebesar Rp211 ribu.

Sumpit terkenal dengan big portion. Nasgor beef black pepper saya datang dengan ukuran jumbo. Sayangnya not well seasoned karena nggak sepedas atau spicy khas lada hitam yang saya ekspektasikan.

Lumpia Sumpit sih juara ya! Teksturnya seperti cakwe tetapi dense, not airy dan rasa udang banget! Nggak perlu dicocol saus sambal, cukup dengan mayonaise yang disajikan bersama lumpia.

Lucunya, pesanan suami, nasi kung pao chicken wujudnya so so. Nasinya imut, kung pao chicken-nya basah alias kebanyakan kuah. Lebih mirip ayam asam-manis ketimbang kung pao chicken yang hitam pekat, tidak berkuah kental, ada kacang mede, dan cabai kering.

Appetizer tahu goreng-nya malah big portion! Tahunya banyak, dipotong kecil persegi, dengan cacahan bawang putih goreng. Tahunya sih, bukan silky tofu. Jauh lah dari tahu lada garam Imperial Kitchen.

Selebihnya, waktu liburan dihabiskan di kamar hotel: nonton, tidur, makan, repeat! Namanya juga liburan, ya bermalas-malasan ria dong!



Monday, January 4, 2016

Staycation at The 1O1 Hotel Jakarta Sedayu Darmawangsa



Libur Tahun Baru lalu dihabiskan dengan staycation dua malam di Hotel 1O1 Jakarta Sedayu Darmawangsa. Saya booking melalui Rajakamar dengan total Rp1,4 juta sudah include breakfast for two. Kamarnya tipe standard yang paling murah.

Sebelumnya, saya sudah booking pada Oktober 2015 dua malam di Artotel Thamrin seharga Rp1,5 juta melalui Traveloka apps. Herannya, semakin mendekati libur tahun baru, tarif kamarnya turun menjadi sekitar Rp600 ribuan sehingga dua malam totalnya Rp1,3 juta.

Saya kesel dong karena merasa dicurangi. Bukannya semakin mendekati hari H menginap, tarif menginap di hotel itu naik ya? Saya browsing hotel lagi, yang lebih kece fasilitas dan harganya. Saya ajukan refund ke Traveloka dan nggak sampai 7 hari kerja, dana saya dikembalikan utuh.

Hotel 1O1 JSD ini berlokasi di Darmawangsa Square, hotelnya menyatu dengan pusat belanja (atau pusat makanan ya?) ini. Saya tiba pukul 3 sore pada 1 Januari 2016. Hotel tampak padat, front desk cukup antri karena peak season.

Lobby hotel luas dan didesain modern minimalis dengan dominasi warna hijau Tosca khas 1O1. Lobby terlihat ramai karena banyak yang menunggu untuk check in.

Saya mengantri sekitar 10 menit. Resepsionis meminta deposit tunai Rp300 ribu atau open card dengan kartu kredit. Saya memilih open card karena cash-nya nggak cukup.

Saat order di Rajakamar, saya request: non smoking room, double bed, dan middle floor. Ternyata, resepsionis menyampaikan tidak ada kamar double bed yang tersedia, adanya twin bed. Padahal saya sudah konfirmasi ulang beberapa hari sebelumnya dan dinyatakan request saya bisa dipenuhi. Mereka beralasan hotel penuh dan permintaan bisa dipenuhi subject to availability. Kamar dengan twin bed bisa disulap menjadi double bed. Saya protes dong!

Kemudian resepsionis kontak melalui HT dengan house keeper. Dari yang saya dengar, ada satu kamar dengan double bed. Dia memberikan access card dengan nomor 1615. Saya girang karena tetap akan tidur di double bed.

Tiba di kamar, hmm.. memang sih kasurnya double bed, yang ternyata twin bed disatukan. Berasa dibohongi nih! Ada kejutan lain, kamar saya memiliki connecting door dengan kamar di sebelah! Hmm.. I think this is not on my request. Connecting door dipastikan terkunci sehingga tidak ada yang bisa mengakses kamar saya.


Well, kamar hotel ini cukup nyaman meskipun hanya ada dua bantal kepala dan dua throw pillow ukuran 45x45. Saya lebih suka hotel yang menyediakan lebih dari empat bantal di kasurnya.

Ada mini bar, water heater, kopi, teh, gula, creamer, complimentary mineral water dua botol, toileteris, hair dryer, handuk, closet, basin, dan shower merek TOTO. Colokan listrik terbilang cukup untuk gadget milik dua orang, ada di setiap sisi tempat tidur.


Saya juga mendapatkan akses WiFi gratis dan quite speedy loh! WiFi bisa diakses di kamar, lobby hotel, dan 1O1 Cafe.

Sayangnya, kamar hotel tidak sound proof. Saya bisa mendengar jelas bunyi orang berjalan, berbicara, suara pintu ditutup, suara orang sedang plug in sesuatu ke colokan listrik, bahkan suara orang mengetuk pintu dari kamar di lantai atas kamar saya.

Tibalah saat sarapan. Sesi sarapan ini penting bagi saya dan suami untuk menilai hospitality dan kualitas hotel ini. Saya dan suami turun sarapan pukul 06.30 pagi karena khawatir restoran 1O1 Cafe yang terletak di lantai 1 akan crowded jika di atas pukul 7 pagi.


Ternyata, resto masih sepi dan hanya beberapa meja yang terisi. Menu sarapan sudah tersaji lengkap: omelete, bubur ayam, mie ayam, sereal, miso soup, salad bar, pasty and bread, baked beans, hashbrown, sosis, mie goreng, nasi goreng, dan lain-lain. Minumnya ada aneka jus, coffee, tea, yakult, dan yogurt.

Hari kedua, menu sarapan berganti, seperti vegetable clear soup, potato pom-pom, dan sosis ayam.

Rasa makanannya cukup enak. Sayangnya, hampir semua makanan disajikan dalam kondisi dingin kecuali miso soup, vegetable clear soup, omelete, dan baked beans. Sayang sekali padahal sudah disajikan di atas kompor elektronik, yang ternyata nggak bikin makanan hangat sama sekali.

Di lantai yang sama, terdapat Terraza Lounge dan kolam renang. Lounge ini konsep indoor dan outdoor, menawarkan aneka minuman beralkohol. Kolam renangnya swim-able sih, cuma nggak terlalu luas dan bukan infinity pool. Coba kolam renang diposisikan di lantai yang lebih tinggi, pasti akan lebih menarik view-nya.




Saya sempat ke Darmawangsa Square (DS) untuk makan. Akses langsung dari hotel melalui lobby utama ke ground floor DS dan 1O1 Cafe ke lantai 1 DS. Ada Ranch Market di DS sehingga nggak perlu khawatir kekurangan makanan dan minuman.

Saat 1 Januari 2016, DS kosong dan sepi. Banyak tenant yang tutup dan hanya beberapa resto yang buka. Saya kehilangan minat karena sedikitnya opsi untuk makan di sini.

Overall, saya puas menginap di Hotel 1O1 Jakarta Sedayu Darmawangsa ini. Worth the money I paid. Hanya perlu perbaikan kecil pada kamar yang belum sound proof dan kehangatan makanan sarapan.