Wednesday, June 10, 2015

Munching time in Bali


Setiap jalan-jalan ke luar kota atau luar negeri, saya biasanya mengusahakan mencicipi kuliner khas wilayah tersebut. Meskipun kadang main aman juga, seperti makan di well known fast food chains yang tentu halal. 

Malam pertama di Bali, kami kelaparan dan begitu melihat sign board KFC di depan Kutabex, Pantai Kuta langsung masuk ke sana. Padahal KFC terdekat ada di sekitar Kuta Square, tidak jauh dari hotel. 

Menu andalan saya di KFC adalah Oriental Bento yang murmer 10 ribuan aja. Bukan hanya murah, tetapi enak banget nasi dan potongan boneless chicken bersaus oriental. Suami biasanya pesan paket ayam, nasi, dan soft drink.

What's for dessert? Ternyata di depan KFC ada gerobak atau mini stall ice cream sandwich. Namanya Masterr Singapore Ice Cream. Padahal selama ini SG identik dengan es potong diselipin di selembar roti tawar.

Ada dua size, small size sekitar Rp17 ribu sedangkan large size Rp27 ribu. Yang small itu bite size banget, sekali makan langsung hap! Saya pilih yang large dengan harapan bisa berbagi dengan suami.

Saya pesan rasa double chocolate dan datanglah ice cream sandwich padat dengan lapisan es krim coklat cukup tebal. Sayang, cookies-nya nggak berasa coklat, just regular cookies rasa vanilla. Padahal double chocolate katanya. 



Rasa es krim coklatnya juga biasa, tidak terlalu istimewa tetapi ngga bikin gigi ngilu saat digigit. Variasi rasanya lumayan banyak tetapi untuk bite size tidak semua flavor tersedia. 

Hari gini, gak ke Bali namanya kalau belum menyantap nasi pedas. Tentu yang terkenal banget adalah nasi pedas Ibu Andika. Tahun lalu, kami sudah pernah mencoba nasi pedas Ibu ini di kios Patih Jelantik. Bahkan, sempat bersua beberapa seleb yang juga makan di sana.

Buka apps Waze, ternyata lokasi nasi pedas Ibu Andika tidak jauh dari hotel. Tampaknya bisa dijangkau berjalan kaki. 

Tetapi, di tengah jalan kami melihat ada warung nasi pedas Ibu Hanif. Kok familiar ya namanya. Suami pun mengusulkan untuk mencoba makan di sana, keburu laper dan masih perlu jalan lagi untuk ke bu Andika.

Lokasinya di pelataran toko yang sudah tutup di Pasar Kuta, persis di seberang Minimart, pojokan jalan Raya Kuta. 



Menunya mirip warteg, tinggal pilih mana yang suka. Saya memilih tumis kangkung, sambal goreng ati-kentang, dan telur balado. Untuk menu tersebut, saya hanya membayar Rp13 ribu. 

Makan berdua dengan suami ditambah dua teh botol dan kerupuk, sekitar Rp30 ribuan. Mursidah bener, cyin!

Rasanya endeuuss dan pedasnya manusiawi untuk lidah orang Minang! Sayur dan lauk-pauknya terasa fresh dan bumbunya pas. 

Lihat review lain nasi pedas Ibu Hanif di CumiLebay dan Aline.



Saat jalan-jalan seharian di Bali Timur, saya sempat bingung nyari tempat makan siang. Atas rekomendasi driver, kami diantar ke Balissa Bar & Restaurant yang terletak di jalan raya Pantai Candidasa.

Well, harganya standar lokasi wisata sih, agak di atas harga normal. Seporsi nasi campur dan nasi goreng ayam harganya Rp40 ribuan. Ice lemon tea sekitar Rp20 ribuan. Pokoknya, kami menghabiskan sekitar Rp170 ribuan makan siang di sini, tanpa dessert.

Saat di sana, hanya kami tamu domestik yang santap siang. Selebihnya adalah turis bule. Untungnya pelayannya ramah dan sempat basa-basi bertanya asal daerah kami.

Nasi campur datang tanpa sate lilit, kecewa sih. Soalnya nasi campur identik dengan sate lilit. Sambal matahnya enak, fresh banget, tetapi porsi sambalnya sedikit. Kemudian ada potongan tahu bergulai, eh ternyata itu adalah potongan ikan. Mbuh ikan apaan, saya ngga doyan.



Makan masakan Sunda di Bali? Silahkan datang ke Pawon Pasundan, yang berlokasi di Jl. Kediri, Tuban, Kuta. Lagi-lagi atas rekomendasi driver Bapak Ngurah. Beliau bilang kalau masakan Sunda Pawon Pasundan beda dari yang lain. Sambalnya uenak tenan!





Kami pun memesan paket nasi timbel berlauk empal daging dan ayam seharga Rp40 ribuan. Datanglah sekeranjang nasi timbel dalam gulungan daun pisang, empal daging, ikan asin, tahu dan tempe goreng. Sambalnya disajikan dalam piring kecil, porsinya melimpah, jadi nggak khawatir kehabisan sambal. Nasi timbel ngga lengkap tanpa sayur asem seporsi mangkuk kecil. 

Saat dicicipi, rasanya segeerrr! Semuanya terasa pas, baru kali ini makan sayur asem restoran yang enak menyegarkan. Tentu dong, sayur asem buatan mama tetap nomor satu.



Minumnya pesan teh manis hangat sedangkan dessert pisang bakar. Pisang bakarnya juga enak, pisangnya dengan tingkat kematangan pas, lembut, dan disiram gula merah cair. 



Makan berdua cukup Rp130 ribuan aja, bandingkan dengan makan siang di kawasan wisata siangnya.

Malam terakhir di Bali, sehabis Balinese massage di Smart Spa & Massage, Kuta, saya jajan satu scoop chocomint gelato seharga Rp15 ribu. Lebih murah dibandingkan pedagang yang berjualan persis di pantai Kuta Rp20 ribu per scoop.






No comments:

Post a Comment

Halo, terima kasih sudah mampir dan membaca. Silakan tinggalkan komentar pada kolom comment di bawah. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus.